Moonlight (2016) (4,5/5)

Moonlight (2016) (4,5/5) - Hallo sahabat CONTOH WEBSITE AGC, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Moonlight (2016) (4,5/5), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel 2016, Artikel drama, Artikel oscars, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Moonlight (2016) (4,5/5)
link : Moonlight (2016) (4,5/5)

Baca juga


Moonlight (2016) (4,5/5)


"No. You're not a faggot. You can be gay, but you don't have to let nobody call you a faggot,"

RottenTomatoes: 98% | Metacritic: 99/100 | IMDb: 7,9/10 | NikenBicaraFilm: 4,5/5

Rated : R
Genre: Drama

Directed by Barry Jenkins ; Produced by Adele Romanski, Dede Gardner, Jeremy Kleiner ; Screenplay by Barry Jenkins ; Story by Tarell Alvin McCraney ; Based on In Moonlight Black Boys Look Blue by Tarell Alvin McCraney ; Starring Trevante Rhodes André Holland Janelle Monáe Ashton Sanders Jharrel Jerome Naomie Harris Mahershala Ali Music by Nicholas Britell Cinematography James Laxton ; Edited by Nat Sanders, Joi McMillon ; Production company A24, Plan B Entertainment, Pastel Productions ; Distributed by A24 ; Release dateSeptember 2, 2016 (Telluride), October 21, 2016 (United States) ; Running time111 minutes ; Country United States ; Language English ; Budget $1.5 million

Story / Cerita / Sinopsis :
Moonlight terdiri dari 3 fase kehidupan Chiron saat masih kecil, remaja dan dewasa dalam menghadapi kehidupan dan pencarian jati dirinya sebagai anak miskin yang mempertanyakan orientasi seksualnya dan bertahan dengan ibu yang kecanduan drugs.

Review / Resensi :
Ada tiga frontrunner di ajang Oscar tahun ini: Manchester By The Sea, La La Land, dan Moonlight. Moonlight menjadi film indie-contender (dengan budget cuma 1,5 juta dollar, dan untunglah terbantu pendanaan dan deal distribusi nya oleh Plan B milik Brad Pitt) paling kuat di ajang ini, dan sukses menjadi salah satu indie-darling yang dipuja-puja. To the point aja ya, Moonlight ini adalah tipe film yang punya banyak hal yang kebanyakan disukai juri-juri festival. Sebuah coming of age story yang diangkat dari naskah drama tentang seorang anak kulit hitam, gay, dibully teman-temannya, punya ibu yang kecanduan, tinggal di lingkungan miskin. So, di atas kertas Moonlight ini punya semuanya yang bisa mengiris-iris perasaan. Tapi entahlah, biarpun Moonlight adalah sebuah film yang indah dan menyentuh, saya tidak terlalu menganggap Moonlight sebagai film favorit saya. 


Moonlight adalah sebuah studi potret karakter realita sosial dari mereka yang minoritas dan terpinggirkan. Potret karakter tersebut disampaikan lewat tokoh Chiron (Little/Black) dalam 3 fase kehidupannya saat masih kecil, remaja, dan dewasa. Chiron adalah seorang anak yang tinggal di Liberty City, sebuah daerah kumuh di Miami yang konon merupakan salah satu daerah termiskin di US. Ia hidup berdua dengan ibunya yang kecanduan (kabarnya sang sutradara sendiri, Barry Jenkins juga berasal dari lingkungan Liberty City dan memiliki ibu yang kecanduan). Chiron pun harus struggling dengan orientasi seksualnya dan mendapat tekanan dari teman-temannya. Dalam 3 fase kehidupannya, kita diajak mengenali bagaimana Chiron berusaha mendefinisikan dirinya sendiri, seperti yang diungkap dalam sebuah dialog antara Chiron dan Juan (Mahershara Ali):
"At some point, you gotta decide for yourself who you're going to be. Can't let nobody make that decision for you,"
Well, his life is a real tragedy. Namun saya cukup menyukai pendekatan yang dilakukan Barry Jenkins dalam mengisahkan kehidupan Chiron. Cukup melankolis, namun tidak terlalu mendayu-dayu. Pergerakan kamera yang dilakukan juga mampu menangkap beberapa momen dan penggalian ekspresi dan emosi karakternya dengan cantik dan mendalam. Percakapan singkat dan interaksi antara Chiron dan orang-orang di sekitarnya juga mampu merangkum dengan baik personal struggling dari karakter Chiron untuk tumbuh dewasa. Dengan tone neon yang terasa dingin, Moonlight juga tampil sebagai sebuah film yang artistik dan indah. Belum lagi dukungan scoring music yang menyayat hati dari Nicholas Britell. Trailer Moonlight seperti menjadi petunjuk awal bahwa Moonlight memang merupakan sebuah film sentimental yang artistik nan memukau

Anyway, what is my favorite moment?
No suprise, saya cukup baper dengan romantic scene di babak ketiga antara Chiron (Trevante Rhodes) dan Kevin (Andrew Holland) ketika mereka akhirnya berjumpa lagi setelah berpisah. Interaksi tersebut, lewat dialog antara keduanya, chemistry di antara keduanya yang terbentuk melalui gestur dan tatapan mata - disampaikan dengan subtil yang membuat saya merasa hubungan keduanya indah banget. Sedikit awkward, sama-sama coba baca sinyal, namun emosinya masih cukup kebawa... So homophobic please go away, i don't care what you say. Love is love!

Namun entahlah, saya sih tidak mengatakan Moonlight overrated, akan tetapi pada akhir film saya tidak merasa menemukan diri saya sungguh terseret emosional pada film ini. Saya cenderung lebih merasa emotionally-dragging saat nonton Manchester By The Sea yang sebenarnya tidak semelankolis Moonlight (review menyusul). Entahlah, mungkin karena faktor ada batas antara kehidupan pribadi saya dengan kehidupan Chiron yang cukup berbeda, atau mungkin karena ada pembagian 3 babak dalam film ini sendiri yang diperankan oleh orang-orang yang berbeda. Atau memang Moonlight memang berusaha untuk tidak memberikan momen-momen emosional yang berlebihan sehingga jatuhnya terasa sedikit hambar. Satu-satunya momen klimaks emosional bagi saya cuma hadir pada ending babak ke-2. Mungkin karena alasan inilah membuat saya tidak terlalu memfavoritkan Moonlight untuk menjadi juara pada Oscar tahun ini. Saya merasa La La Land adalah kandidat yang lebih pantas karena saya pikir orang di tahun-tahun mendatang akan terus membicarakan La La Land. Moonlight is a beautiful movie, but easy to forget. Eventho I know La La Land is a safe and mainstream choice. 

Kekuatan Moonlight lainnya hadir pada ensemble cast yang luar biasa. Mahershara Ali menjadi frontrunner pada kategori Best Supporting Actor dan memenangkan banyak penghargaan berkat perannya sebagai drug dealer di sini. Namun entahlah, bukannya menyalahkan aktingnya, tapi karakternya di sini sebenarnya menurut saya nggak spesial-spesial banget. Naomi Harris justru yang tampil paling mencuri perhatian sebagai ibu Chiron. Ketiga pemeran Chiron dan ketiga pemeran Kevin kabarnya tidak pernah dipertemukan secara langsung karena Barry Jenkins ingin mereka membawa soulnya sendiri-sendiri pada perannya masing-masing. Dan yang luar biasa, saya mendapat nyawa / benang merah yang sama. And anyway, Andrew Holland kok ganteng amat siiiiihhhh. Scene terakhir bikin saya ikutan jatuh cinta :D

Overview :
Moonlight adalah sebuah kisah tragedi yang menyayat hati, sebuah perjalanan pencarian jati diri yang disampaikan dengan melankolis dan sentimentil. Sinematografinya luar biasa cantik, dengan tone neon dingin yang menawan, dan scoring music yang indah. Ensemble cast-nya juga luar biasa, personally saya lebih merasa Naomi Harris yang tampil paling mencuri perhatian walaupun Mahershara Ali dipuja-puja oleh banyak orang. Moonlight is a beautiful movie with good-written script, but in the end i don't know why I'm not emotionally-dragging. Manchester By The Sea lebih mampu membuat saya sedih, apalagi Arrival yang bikin saya baper berhari-hari. 


Demikianlah Artikel Moonlight (2016) (4,5/5)

Sekianlah artikel Moonlight (2016) (4,5/5) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Moonlight (2016) (4,5/5) dengan alamat link https://contohwebsiteagc.blogspot.com/2017/02/moonlight-2016-455.html

0 Response to "Moonlight (2016) (4,5/5)"

Posting Komentar