Judul : Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)
link : Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)
Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)
"I can't beat it. I can't beat it. I'm sorry,"
RottenTomatoes: 96% | IMDb: 8/10 | Metacritic: 96/100 | NikenBicaraFilm: 4,5/5
Rated: R
Genre: Drama
Story / Cerita / Sinopsis :
Lee Chandler (Casey Affleck) adalah seorang handyman yang getir, pendiam dan emosional, tinggal di Quincy, Massachusetts. Suatu hari ia mendapat kabar bahwa kakak laki-lakinya meninggal, dan ia harus kembali ke kota asalnya Manchester untuk mengurus pemakaman kakaknya dan menjaga anak laki-laki kakaknya Patrick (Lucas Hedges). Lee pun terpaksa harus kembali berjuang mengatasi masalah dan masa lalunya di kota asalnya tersebut.
Review / Resensi :
Film berkualitas Oscar belum tentu cocok untuk dinikmati kalangan awam, dan Manchester By The Sea ini mungkin adalah salah satu contohnya. Dengan durasi 137 menit dan cerita yang cenderung datar dalam mengungkap konflik-konfliknya, sebagian besar orang akan menganggap Manchester By The Sea adalam film yang membosankan dan bikin ketiduran. Sangat berbeda mungkin dengan La La Land yang tampil glamor dan menawan, atau kandidat kuat Oscar lainnya Moonlight yang memiliki cerita yang jauh lebih dramatis. Manchester By The Sea adalah sebuah real-life tragedy yang bisa dialami oleh siapa saja, suatu personal struggling seseorang dalam menghadapi rasa duka, perasaan bersalah, dan kehilangan. Ceritanya sendiri terasa "sederhana", namun Kenneth Lonergan mampu menghadirkannya dalam sebuah naskah cerita yang ringan namun menghanyutkan, menghantarkan cerita yang heartbreaking sekaligus heartwarming. But again, this is maybe not everyone's favorite.
Dalam 20 menit pertama, kita diajak mengenali karakter dan kehidupan sang tokoh utama, Lee Chandler (Casey Afflleck) yang pendiam dan muram. Kehidupannya begitu monoton dan nyaris kesepian, tampak seperti antisosial dan nggak punya gairah kehidupan, dan sesekali ia menjadi pemarah dan emosional. Lewat flashback adegan yang ditampilkan dengan mulus, kita kemudian bisa melihat bagaimana Lee di masa lalu yang jauh berbeda: ia ceria dan menyenangkan. Apa yang sesungguhnya menimpa Lee kemudian perlahan sedikit demi sedikit diungkap kepada penonton, seiring dengan kepergian Lee kembali ke kota asalnya Manchester (yang kemudian mengantarkan saya kepada klimaks emosional yang membuat saya mewek).
Apa yang menarik dari Manchester By The Sea? Kekuatan utamanya jelas hadir melalui naskah yang juga dikerjakan sang sutradara Kenneth Lonergan. Manchester By The Sea begitu kental dengan nuansa realisnya, seperti membuat saya mudah untuk berempati pada permasalahan sang tokoh karena kita seperti diajak untuk menonton kehidupan nyata seseorang. Kita semua pasti pernah (atau akan) kehilangan seseorang yang kita cintai kan? Manchester By The Sea juga tidak berusaha untuk menjadi sebuah film dengan naskah dramatis yang maksa ala-ala film drakor yang sok-sokan melankolis itu, sebaliknya kisahnya dituturkan dengan sederhana - nyaris datar tanpa banyak tangisan cengeng, dengan sisipan humor-humor satir ironi yang kadang membuat kita tersenyum.
Manchester By The Sea adalah sebuah film tentang hidup itu sendiri: bagaimana kita berusaha menghadapi realita hidup yang terkadang tragis namun tidak bisa dihindari. Juga, saya menangkap kesan bahwa karena Manchester By The Sea adalah sebuah kisah sederhana tentang "hidup", maka Kenneth Lonergan tidak berusaha memberikan ending atau kesimpulan berupa pesan-pesan moral yang muluk-muluk. Sebaliknya, konflik demi konflik dihadirkan begitu saja sekedar sebagai sebuah realita kehidupan. Watching this movie like give me a conclusion: life is bittersweet, and sometimes you can't beat the past.. and it's okay.
Manchester By The Sea juga dibentuk oleh jalinan kisah kedua karakternya: Lee (Casey Affleck) dan keponakannya Patrick (Lucas Hedges). Keduanya sama-sama mengalami masalah hidup, namun menghadapinya dengan (berusaha) tegar sambil masing-masing berusaha menyesuaikan diri. Interaksi keduanya begitu natural dan real, terimakasih berkat chemistry mengagumkan antara kedua aktornya. Casey Affleck tampil natural - seperti sebuah karakter real, dan saya berharap bahwa ia akan bisa memenangkan Oscar pertamanya supaya bisa terlepas dari bayang-bayang kakaknya Ben Affleck (dan gantengan Casey daripada Ben!). Walaupun saya tidak terlalu yakin akan kemenangan itu karena belakangan mencuat rumor doi melakukan sexual abuse. Lucas Hedges menjadi tandem yang mampu mengimbangi pesona Casey Affleck. Michelle Williams tampil sekilas, namun memberikan kualitas akting yang menawan.
Overview:
Kurang lebih, Manchester By The Sea adalah sebuah kisah tentang hidup. Tentang bagaimana kita harus berjuang berdamai dengan masa lalu, mengatasi rasa kehilangan dan perasaan bersalah. Keneth Lonergan menuturkan Manchester By The Sea dengan cara yang cenderung sederhana, namun masih tetap memikat dan menghanyutkan kita kepada kisah hidup tokohnya. Walaupun terasa datar (saya yakin nggak semua orang suka film tipikal begini), sisipan humornya dan beberapa momen emosionalnya dihadirkan dengan cara efektif. Casey Affleck menghadirkan performa Oscar-worthy, interaksi dan chemistrynya dengan Lucas Hedges juga begitu natural.
Demikianlah Artikel Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)
Sekianlah artikel Manchester By The Sea (2016) (4,5/5) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Manchester By The Sea (2016) (4,5/5) dengan alamat link https://contohwebsiteagc.blogspot.com/2017/02/manchester-by-sea-2016-455.html
0 Response to "Manchester By The Sea (2016) (4,5/5)"
Posting Komentar