The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)

The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5) - Hallo sahabat CONTOH WEBSITE AGC, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel 2015, Artikel drama, Artikel mystery and suspense, Artikel thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)
link : The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)

Baca juga


The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)

It's easy for you to say, 'Oh, I wouldn't have acted that way, but you don't know. That's - that's the truth. You don't know. And now, I know what I'm capable of, and it hurts. 
RottenTomatoes: 85 % | IMDb: 6,9/10 | Metascore: 67/100 | NikenBicaraFilm : 4,5/5

Rated: R
Genre: Thriller, Suspense, Drama

Directed by Kyle Patrick Alvarez ; Produced by Brent Emery, Lizzie Friedmann, Karen Lauder, Greg Little, Christopher McQuarrie ; Written by Tim Talbott ; Starring Billy Crudup, Michael Angarano, Ezra Miller, Tye Sheridan, Keir Gilchrist, Olivia Thirlby, Nelsan Ellis ; Music by Andrew Hewitt ; Cinematography Jas Shelton ; Edited by Fernando Collins ; Production companiesAbandon Pictures, Coup d'Etat Films, Sandbar Pictures ; Distributed by IFC Films ; Release date January 26, 2015 (Sundance), July 17, 2015 (United States) ; Running time122 minutes ; Country United States ; Language English

Story / Cerita / Sinopsis :
Dua puluh empat mahasiswa menjadi sukarelawan dalam sebuah eksperimen simulasi penjara. Dua belas menjadi tahanan, dan dua belas lainnya ditugaskan menjadi penjaga. Eksperimen ini kemudian berjalan di luar kendali. 

Review / Resensi :
Selain eksperimen Milgram, salah satu eksperimen di bidang psikologi yang populer dan kontroversial adalah The Stanford Prison Experiment. Sebanyak 24 mahasiswa menjadi volunteer dalam eksperimen tersebut dengan 9 (dan 3 cadangan) menjadi tahanan dan 9 (dan 3 cadangan) lainnya menjadi penjaga penjara. Mahasiswa yang dipilih adalah mahasiswa dengan kehidupan relatif normal: nggak ada background kriminal dan relatif sehat secara fisik dan mental. Simulasi yang kelihatannya tidak berbahaya itu kemudian menunjukkan hasil yang mengejutkan: beberapa orang yang bertugas menjadi penjaga penjara menunjukkan tendensi tanda-tanda sadisme, dan beberapa orang yang menjadi tahanan menunjukkan tanda-tanda pasif menerima segala tindakan abusif dari para "petugas penjara". So.. eksperimen ini seolah-olah mampu menunjukkan bahwa beberapa orang yang diberi otoritas bisa menunjukkan sifat yang berbeda dari sifat aslinya. Some people could turn into an evil and seems enjoying it....

Nama indie director Kylie Patrick Alvarez sudah menarik perhatian saya sejak filmnya Easier With Practice, dan The Stanford Prison Experiment ini membuktikan bahwa dia sutradara yang baik. Oh my god, this movie is very intense from beginning till the 'end. Alvarez dengan baik mampu membangun tensi ketegangan yang terasa real melalui setiap adegannya. Ia mampu membangunnya melalui detail keheningan yang berlanjut dengan adegan yang menguras emosi, menciptakan efek ketegangan dan ketakutan yang sama dengan "tahanan-tahanan"-an itu. Naskah dari Tim Talbott juga dipenuhi dialog-dialog yang membuat kita mempertanyakan batas kemanusiaan kita. Saya tipe yang ketawa nonton film-film berdarah-darah ala Tarantino, tapi kalo film yang menegangkan secara psikologis gini saya suka stress-stress sendiri. Sebagai contoh: saya stress berat nonton series Breaking Bad (dan sampai sekarang belum berani lanjut ke season 4), dan The Stanford Prison Experiment ini mampu memberikan pengalaman serupa. Bikin saya ngepause-pause beberapa kali, nylimur bentar mainan handphone atau cari makanan di kulkas. Dan tau kalo film ini berdasarkan eksperimen asli dengan fakta-fakta yang beneran terjadi di lapangan, bikin film ini jadi makin menakutkan. 

Salah satu foto adegan dari eksperimen sesungguhnya tahun 1971 yang menunjukkan penjaga melakukan tindakan abusif terhadap tahanan. FYI, tim peneliti yang melakukan eksperimen ini tidak pernah memberitahu penjaga tahanan bagaimana "menertibkan" tahanan. So, they did this by their own initiative. 
Setelah menonton filmnya saya coba sekilas baca-baca eksperimen aslinya yang dilakukan 1971 dan membandingkan keduanya. Memang ada beberapa perbedaan dari eksperimen aslinya, namun secara garis besar hampir semua kejadian di film ini sesuai dengan kejadian aslinya. Setting tempatnya, pakaian yang dikenakan, kejadian-kejadian yang terjadi, dan karakter-karakter yang ada. Para petugas penjara mengenakan seragam, dilengkapi dengan pentungan, dengan kacamata hitam untuk menghindari kontak mata. Sedangkan para tahanan mengenakan "dress" dengan nomor tahanan - bertujuan untuk mengaburkan identitas asli para tahanan. Dress tanpa baju dalam dan ditelanjangi di bagian awal masuk "penjara-penjaraan" digunakan dengan tujuan untuk mendegradasi, mempermalukan, dan emasculated psikologis personal para tahanan. Ya.... selama ini kita mengira bahwa kita adalah raja dari pikiran kita sendiri. Namun eksperimen ini seperti menunjukkan kebalikannya. Para tahanan "dilucuti" harga diri, kebebasan dan otoritas dirinya, sedangkan petugas penjara merasa memiliki "otoritas penuh".... dan mahasiswa-mahasiswa yang normal itu pun kemudian berubah menjadi budak dan monster. Fyi, eksperimen yang rencananya 2 minggu ini cuma bisa bertahan 6 hari, dan "pemberontakan" dari para tahanan bahkan sudah terjadi sejak hari pertama. Eksperimen aslinya bisa dicek di www.prisonexp.org.

Nonton film ini membuat saya teringat fasisme, bullying, hingga pengkaderan jaman ospek di kampus. Well, power and controlling other people is..... fun. Ya, film dan eksperimen ini memang tidak menunjukkan bahwa semua orang berperilaku serupa jika diberi otoritas atau situasi yang sama (ga semua orang bisa jadi jahat, ga semua orang jadi pemberontak atau submisif), tapi mungkin kita punya sifat bawah-sadar yang bisa bangkit jika mengalami situasi tertentu. Ada kasus yang menarik dalam film ini sendiri: seorang tahanan nomor 8612 (Ezra Miller) dan petugas penjara yang berlagak "John Wayne" (Michael Angarano). Tahanan #8612 menunjukkan sifat pemberontak sekaligus manipulatif, sedangkan "John Wayne" menunjukkan tanda-tanda sadistik. Keduanya sebenarnya..... punya bawaan sifat yang sama. Yang membedakan mereka adalah: one flipped coin. Satu diundi jadi tahanan, satu kena undian jadi petugas penjara. 

Cukup menegangkan dan menakutkan pula ketika eksperimen kontroversial ini rupanya tidak hanya mengubah perilaku para mahasiswa yang menjadi sukarelawan, namun juga para peneliti itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah sang pimpinan penelitian, Dr. Zimbardo (Billy Crudup). Bagi saya, Dr. Zimbardo ini serupa monster yang sesungguhnya. Monster yang "bertangan bersih" namun penyebab semua hal-hal buruk itu terjadi, dan bahkan kalau nggak "dimarahin" tunangannya dia akan tetap melanjutkan eksperimen tidak etis ini. Zimbardo seolah-olah melupakan bahwa sukarelawan dalam eksperimen tersebut adalah manusia sungguhan, bukan sekedar obyek penelitian. Kalo ditarik garis panjang... kita bisa melihat sebuah negara dimana rakyat kecil yang memberontak dengan tentara atau polisi yang melakukan hal-hal opresif. Namun tangan kotor sesungguhnya dimiliki pejabat-pejabat berkuasa yang duduk manis di ruangannya dan membiarkan hal itu terjadi. They are the real fascist. And you know what, this movie shows you that we need a woman to create a peace! Hail woman with their sensitive and empathy side! 

Selain naskah dan directing yang baik, saya juga menyukai bagaimana The Stanford Prison Experiment bisa menghadirkan suasana tahun 70-an dengan baik dan juga stylish. Saya suka tone kecoklatan yang digunakan, sesuai dengan mood kusam muram yang depresif. And the other great thing about this movie is their cast! Ini kayak semacam nonton sekumpulan the next young breakthrough actor yang biasa main film indie jadi satu: mulai dari Ezra Miller, Tye Sheridan, Thomas Mann, Michael Angarano, Olivia Thirlby, hingga Johnny Simons. Oh ya, saya juga menyukai scoring music yang menarik dari Andrew Hewitt.  

Overview:
The Stanford Prison Experiment boleh dibilang seperti A Clockwork Orange versi.... beneran. Kylie Patrick Alvares mampu menghadirkan sebuah film yang begitu intens dan menegangkan secara psikologis dari awal hingga akhir. This movie makes you wonder about our morality and humanity boundaries, membuatmu mempertanyakan apakah kita punya sisi jahat tersembunyi yang bisa dibangkitkan pada situasi tertentu? Are we a monster? The cast is amazing, visualnya stylish, scoring music-nya juga menarik. Quite underrated, but this one is my fav! 



Demikianlah Artikel The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)

Sekianlah artikel The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5) dengan alamat link https://contohwebsiteagc.blogspot.com/2017/04/the-stanford-prison-experiment-2015-455.html

0 Response to "The Stanford Prison Experiment (2015) (4,5/5)"

Posting Komentar